Asosiasi Antropologi Indonesia
Organisasi terbesar di Indonesia dari individu-individu yang berkecimpung di dunia Antropologi. Organisasi keilmuan dan profesi antropologi Indonesia (lahir 12 Maret 1983).

Para pendiri Asosiasi Antropologi Indonesia berasal dari kalangan akademikus dan antropolog Indonesia. Para akademikus dari Universitas Indonesia, Universitas Sumatra Utara, dan Universitas Hasanuddin menjadi bagian dari para pendiri Asosiasi Antropologi Indonesia. Nama-nama pendiri dari kalangan akademikus yaitu Koentjaraningrat (Universitas Indonesia), Usman Pelly (Universitas Sumatra Utara), dan Mattulada (Universitas Hasanuddin). Dari kalangan antropolog, para pendiri Asosiasi Antropologi Indonesia yaitu Budhisantoso, Meutia F. Swasono, Kartini Sjahrir, Rahardjo, E. K. M. Masinambouw, Sjafri Sairin, dan P.M. Laksono.

AAI
Pendiri

Para pendiri Asosiasi Antropologi Indonesia berasal dari kalangan akademikus dan antropolog Indonesia. Para akademikus dari Universitas Indonesia, Universitas Sumatra Utara, dan Universitas Hasanuddin menjadi bagian dari para pendiri Asosiasi Antropologi Indonesia. Nama-nama pendiri dari kalangan akademikus yaitu Koentjaraningrat (Universitas Indonesia), Usman Pelly (Universitas Sumatra Utara), dan Mattulada (Universitas Hasanuddin). Dari kalangan antropolog, para pendiri Asosiasi Antropologi Indonesia yaitu Budhisantoso, Meutia F. Swasono, Kartini Sjahrir, Rahardjo, E. K. M. Masinambouw, Sjafri Sairin, dan P.M. Laksono.

 

Wilayah Kerja

Asosiasi Antropologi Indonesia memiliki 4 wilayah kerja di seluruh Indonesia. Wilayah 1 terdiri atas Pulau Sumatra dan pulau-pulau lain di sekitarnya. Perhatian utama antropologi di wilayah ini adalah permasalahan ekologi yang berhubungan dengan perkebunan, pertambangan serta suku pedalaman yang sepenuhnya hidup bergantung pada hasil hutan dan tanahnya. Daerah Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat menjadi pusat kajian antropologi di wilayah ini. Wilayah 2 meliputi seluruh bagian Pulau Kalimantan yang berada di dalam kekuasan Negara Indonesia, keseluruhan Pulau Sulawesi, serta pulau-pulau kecil di antara keduanya. Perhatian utama di wilayah ini adalah budaya maritim. Daerah Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan menjadi pusat kajian antropologi di wilayah ini. Wilayah 3 meliputi Kepulauan Maluku, Papua Barat dan Papua beserta pulau-pulau kecil di sekelilingnya. Perhatian utama dalam kajian antropologi pada wilayah ini adalah persebaran kelompok suku. Pusat kajian di wilayah ini bisa ditemukan di Maluku Utara, Papua Barat dan Papua. Wilayah 4 meliputi Pulau Jawa, Pulau Bali, Kepulauan Nusa Tenggara, beserta pulau-pulau kecil di sekelilingnya. Perhatian utama kajian Asosiasi Antropologi Indonesia di wilayah ini adalah pada budaya pemerintahan yang berhubungan dengan pembuatan kebijakan dan pelaksanaannya pada budaya yang sedang berkembang. Kajian antropologi utamanya dilakukan di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali.

Kajian antropologi


Dalam bidang antropologi budaya, Asosiasi Antropologi Indonesia bermitra dengan Direktorat Jenderal Kebudayaan, terkhusus pada kajian keragaman ekspresi budaya. Selain itu, Asosiasi Antropologi Indonesia juga bermitra dengan Badan Ekonomi Kreatif Indonesia dan para pemangku kepentingan di empat kota besar di Jawa terkait dengan penelitian mengenai kebijakan pembangunan infrastruktur. Asosiasi Antropologi Indonesia juga bekerja sama dengan organisasi di bidang antropologi lainnya dalam hal mendukung kebijakan pemerintah. Deklarasi Pelestarian Cagar Budaya merupakan salah satu hasil dari kerja sama yang dilakukan oleh Asosiasi Antropologi Indonesia bersama dengan Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia, Ikatan Arsitek Indonesia, dan Masyarakat Sejarawan Indonesia.Permasalahan kode etik dan penyesuaian struktur organisasi juga menjadi salah satu bagian kerja sama Asosiasi Antropologi Indonesia dengan organisasi-organisasi tersebut.

Asosiasi Antropologi Indonesia juga bekerja sama dengan Departemen Antropologi, Universitas Gadjah Mada. Bentuk kerja sama ini dilakukan dalam bentuk partisipasi para dosen dan mahasiswa dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh Asosiasi Antropologi Indonesia.Gagasan pendirian Museum Kedaulatan Pangan di Jawa Barat juga merupakan hasil kerja sama antara Program Studi Pascasarjana Antropologi pada Universitas Padjadjaran dengan Asosiasi Antropologi Indonesia.

  1.  “Asosiasi Antropologi Indonesia”Komunitas Indonesia. Diakses tanggal 2020-06-13.
  2. Lompat ke:a b c d “AAI – Tentang AAI”. Diakses tanggal 2020-06-12.
  3. ^ “AAI – Advokasi”. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-12. Diakses tanggal 2020-06-12.
  4. ^ developer, medcom id (2019-10-28). “Empat Asosiasi Ahli Deklarasi Pelestarian Cagar Budaya Berkelanjutan”medcom.id. Diakses tanggal 2020-06-13.
  5. ^ PCBM, Dit (2017-07-04). “Kongres IAAI dan PIA XIV akan Diselenggarakan di Bogor, 24 Hingga 27 Juli 2017”Direktorat Pelindungan Kebudayaan. Diakses tanggal 2020-06-13.
  6. ^ “Kerjasama”Departemen Antropologi. 2018-05-02. Diakses tanggal 2020-06-13.
  7. ^ Budiana, Oris Riswan. “Unpad Gagas Pembangunan Museum Kedaulatan Pangan”beritabaik.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-13. Diakses tanggal 2020-06-13.
  8. ^ “ETNOSIA : Jurnal Etnografi Indonesia”journal.unhas.ac.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-13. Diakses tanggal 2020-06-13.
  9. ^ “Antropologi Indonesia”AAI. Diakses tanggal 2020-06-12.
  10. ^ “SINTA – Science and Technology Index”sinta.ristekbrin.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-15. Diakses tanggal 2020-06-15.
  11. ^ Unpad.ac.id. “Umbara”Unpad.ac.id. Diakses tanggal 15-06-2020.
  12. ^ “Journal Sponsorship”ejournal.undip.ac.id. Diakses tanggal 2020-06-13.
AAI