Edukasi, Keluarga Dan Gender
PENDIDIKAN KELUARGA
Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran, pemberian pengetahuan, keterampilan dan sikap melalui pikiran, karakter serta kapasitas fisik dengan menggunakan pranata-pranata agar tujuan yang ingin dicapai dapat dipenuhi. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah dan pemerintah. Sehingga orang tua tidak boleh menganggap bahwa pendidikan anak hanyalah tanggung jawab sekolah dan pemerintah. Penyampaian pendidikan melalui keluarga dilakukan melalui enkulturasi semenjak kecil di dalam lingkungan keluarganya. Dalam masyarakat yang sangat kompleks, terspesialisasi dan berubah cepat, pendidikan memiliki fungsi yang sangat besar dalam memahami dan membentuk karakter sebagai suatu keutuhan didalam kehidupan. Dengan semakin besarnya daya paksa kehidupan, maka semakin banyak diperlukan waktu untuk memahami kehidupan sendiri agar tidak tergilas dimakan zaman. Hal ini membuat kehidupan di masa depan tidak dapat diramalkan secara pasti, sehingga diperlukan metode baru untuk menyikapinya. Dalam hal ini keluarga harus saling bekerja sama, dimana peran keluarga sangat penting mendukung pendidikan dalam karakter anak. Pendidikan bersifat konservatif yang bertujuan mengekalkan hasil-hasil prestasi kebudayaan, sehinga dapat menyesuaikan diri pada fenomena yang dapat diantisipasikan di dalam kehidupan moderen.
Keluarga inti (Nuclear Family) adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas Ayah, Ibu dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketegantungan dan mempengaruhi dengan adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah. Diera modernisasi sekarang ini Indonesia mengalami berbagai guncangan dari faktor eksternal maupun internal yang membuat karakter masyarakat Indonesia menghilang di bawah arus besar gelombang globalisasi. Hampir semua golongan dan usia di masyarakat indonesia mendapat gelombang arus hibridasi (daya paksa) yang menjadikan masyarakat kita menjadi masyarakat yang seperti kehilangan arah dengan karakter aslinya, sehingga berubah kearah budaya barat dan hampir memiliki ciri sama dengan budaya barat (westernisasi). Proses hibridasi tumbuh dan berkembang dikarenakan keluarga tidak banyak memberikan sumbangan pendidikan budaya kepada setiap individu dalam keluarga dan lebih tunduk kepada dinamika logika global. Tentu saja hal ini dapat dibendung dengan berbagai aspek yang mendasar yang kuat yaitu keluarga dengan fungsi dan perannya. Keluarga adalah sumber pendidikan pertama di dalam mendidik dan perkembangan kepribadian anak, agar dapat membentuk karakter anak indonesia yang tangguh yang berlandasakan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan aspek kebudayaan luhur. Pendidikan melalui kebudayaan berarti semua cara hidup yang telah diperkembangkan oleh anggota-anggota keluarga. Dengan kebudayaan tertentu dimaksudkan totalitas cara hidup yang dihayati oleh suatu masyarakat tertentu yang terdiri dari cara berpikir, cara bertindak, dan cara merasa yang dimanifestasikan.
KOMUNIKASI DAN PEWARISAN
Hidup dalam satu rumah tangga menjadikan komunikasi keluarga demikian pentingnya dalam mendidik anak, karena rumah adalah tempat yang banyak menghabiskan waktu untuk anak. Berinterkasi diantara sesama anggota keluarga merupakan daya dukung pendidikan yang sangat baik untuk tumbuh kembang sianak. Di bawah tegur sapa orang tua dan setiap anggota keluarga, pendidikan anak dapat dijadikan lebih muda dalam pembentukan karakter anak dan saling dukung diantara keluarga dengan perannya masing-masing. Seperti yang dikemukakan Rae Sedwig, komunikasi keluarga adalah suatu pengorganisasian yang menggunakan kata-kata, sikap tubuh (gesture), intonasisuara, tindakan untuk menciptakan harapan image, ungkapan perasaan serta saling membagi pengertian. (Rae Sedwig – 1985, Dikutip dari Achidat 1997: 30). Sesuatu etika tradisi budaya yang baik dan bermaanfaat dengan seharusnya terus dijaga dan dilestarikan. Pola kehidupan didalam keluarga akan dapat dijadikan suatu pelesatraian dengan cara melakukan didepan anak, menyampaikannya secara lisan agar tercipta konstruksi didalam pikiran anak. Proses ini akan senantiasa berpengaruh dalam tumbuh kembang anak, dengan bekal tradisi budaya yang diberikan keluarga sebagai patron dan kontrol sosial. Pengetahuan,ide-ide yang mereka pikirkan, rasakan, dan kerjakan untuk melengkapi proses kehidupannya. Pewarisan budaya atau proses transfer dapat dijadikan salah satu proses pendidikan awal yang sangat penting untuk pembetukan karakter dan psikologi tumbuh kembang anak, sehingga proses ini melibatkan sesuatu yang sangat sederhana melalui proses melihat dan mempergerakan setiap tingkah orang tua maupun anggota keluarga yang lain. Pewarisan budaya yang paling sederhana mencakup cara tidur, cara makan atau pun cara berpakaian. Pemberian materi berdasarkan budaya larangan misalnya, (pamali) dan pelarangan melalui pengembangan mitos dan folklore dapat dijadikan materi untuk perkembangan anak.
pengembangan mitos dan folklore dapat dijadikan materi untuk perkembangan anak. Semisalnya melarang anak untuk tidak keluar dimalam hari dikarenakan ada hal yang diperbuat untuk menakuti anak dengan tema mitos dan folklore yang populer maupun karangan sendiri untuk mencegah anak keluar hingga larut malam. Sekiranya keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak- anak, dapat saling berbagi memberikan pengalaman, pendidikan, emosional, dasar moral, nilai luhur, sosial, agama, tanggung jawab, etika, sopan santun dan memotivasi. Memberikan kesempatan belajar dengan mengenalkan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi kehidupan kelak sehingga ia mampu menjadi manusia berkarakter yang mandiri.
RASA AMAN DAN HARMONI
Tempat paling aman didunia ini adalah rumah, dikarenakan di rumah terdapat keluarga yang akan selalu saling melindungi dan menjaga dan selalu terjaga untuk memproteksi setiap individu yang ada didalam rumah. Rumah adalah tempat tumbuh kembang anak sebagai tempat pembesarannya pertama sekali. Jangan membuat anak-anak dalam kondisi dan situasi tertekan sehingga tidak merasa nyaman. Tidak akan pernah berhasil mendidik anak dalam kondisi dan situasi tertekan. Hal ini akan membuat anak akan cenderung secara personal menuju arah yang negatif. Dengan demikian anak harus merasa seaman mungkin untuk mendapatkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk tumbuh kembangnya. Menciptakan rasa aman di rumah untuk anak dan tidak mengeskploitasi anak merupakan suatu hal yang sangat penting untuk menciptakan karakter yang kuat dan mandiri. Apabila rasa aman sudah didapatkan, anak tentu saja akan membuat keadaan psikologinya menjadi sangat baik agar dapat menerima dan membagi apa yang membuat karakternya menjadi lebih kuat dan mandiri. sehingga dapat mengeksplorasi dirinya dan lingkungan sekitarnya. Menciptakan suatu keluarga yang terdedikasi dan tumbuh dan saling mengenal satu dengan yang lainnya. Didalam keluarga anak akan tumbuh dan menciptakan karakter yang akan ditempah oleh keluarga dan pergaulan dalam lingkungan. Dengan demikian maka, keluarga dengan harapan besar adalah orang yang sangat paling mengenal sianak. Berbagai macam proses dijalani bersama agar dapat mengenal karater dan sifat dasar sianak dengan cara yang sederhana saling berbagi cerita dengan menciptakan iklim yang sangat intim dan bersahabat. Proses harmoni di dalam keluarga akan melibatkan beberapa unsur yang harus dibangun didalam keluarga diantara lainnya adalah saling percaya, saling menyayangi, memaafkan, keterbukaan, mengutamakan janji, menciptakan kemesraan dalam keluarga. Dengan menjaga unsur harmoni didalam keluarga maka anak akan menuju kepada sesuatu yang terdalam dalam jati dirinya dan membentuk suatu pola karakter yang bisa bersifat pada inti harmoni. Dan ketika sianak mulai keluar dari sikap karakter ataupun permasalahan sosial yang berlangsung pada dirinya, maka dia akan mengalami mystico – history. Liisa Malkki (1995) menguraikan sebuah mystico-history adalah campuran antara mitos dan sejarah, tetapi mystico-history mengungkapkan sesuatu tentang cara orang mempresentasikan masa lalunya, dan perjalanannya. Pengaruh dampak negatif pada anak akan berpengaruh pada perubahan karakter utama yang sudah dibangun didalam keluarga. apabila suatu saat akan melakukan perbuat yang diluar dari pendidikan yang diberikan dari keluarga, maka dia akan merespon segala sesuatunya dengan mystico history nya sehingga enggan untuk merubah karakter yang sudah dibangun oleh keluarga dengan segala yang ditanaman di dalam keluarga . Hormani yang ada didalam keluarga akan selalu senantiasi di ingat oleh sianak selama perjalannan hidupnya, dan begitu juga dengan dengan lingkungannya akan memberikan dampak yang baik dengan menyebarkan pola iklim di lingkungan sekitarnya. Dengan kata lain dampak harmoni yang terbangun akan membentuk pola karakter masyarakat indonesia yang memiliki gaya harmoni dengan lekat pola pendidikan keluarga yang begitu kuat menciptakan indonesia yang bermartabat.
PERANAN GENDER
Peran ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Peran ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. Peran anak-anak adalah melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual. Peranan keluarga yang sebagaimana dilakukan oleh lazimnya masyarakat indonesia seharusnya mendapat sedikit sentuhan kearah yang lebih baik lagi. Dimana kesetaran gender menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan dalam penyelarasan keluarga untuk saling melengkapi didalam memenuhi kehidupan. Menurut Giddens (Sunarto, 2000:112) konsep gender menyangkut perbedaan psikologis, sosial dan budaya antara laki-laki dan perempuan. Didalam keluarga indonesia sering sekali mengabaikan gender di dalam setiap rumah tangga. Ketimpangan antara ibu dan ayah, anak perempuan dan anak laki-laki sering sekali mendapat perlakuan yang berbeda. Pola pemikiran tentang kehidupan gender di indonesia sudah lama tertanam bahwa sesuatu ditujukan kepada laki-laki untuk mengabil suatu keputusan. Pimikiran dari kaum perempuan kerap kali dianggap sebagai sesuatu yang tidak memiliki pengaruh yang kuat untuk dipertimbangkan, bahkan perempuan tidak mendapatkan ruang berbicara dan mengeluarkan pendapat. Didalam ruang lingkup keluarga perbedaan gender sebaiknya di set ulang agar dapat memberikan aura baru kepada pola pikir keluarga. Persfektif gender dapat dijadikan dalam mengambil pola keputusan dan serta mencegah sesuatu dalam keadaan yang tidak kondusif.
Gender dalam hal ini bukan perbedaaan kelamin antara laki-laki dan perempuan, tetapi gender lebih mendasar kepada psikologi, sifat dan ruang lingkup kemampuan sosial. Peran-peran setiap individu keluarga adalah salah satu pandangan gender. Peran wanita dalam keluarga biasanya teralu berat, dikarenakan kebiasaan beban kerja untuk mengurus segala beban rumah tangga diberikan kepada perempuan. Secara garis kecil membangun stratifikasi di dalam suatu keluarga yang lebih mengunggulakan laki-laki dengan perempuan. Membangun Streotip kepada wanita untuk mengurus pekerjaan rumah, ketimpangan berbagai bidang pekerjaan, pendidikan dan lainnya. Ketidak seimbangan berdasarkan gender mengacu kepada sumber sumber yang ada didalam masyarakat. Memberikan kebebasan mutlak dalam berpendapat kepada setiap individu keluarga merupakan suatu yang sangat bernilai, agar dapat menyimpulkan permasalahn secara objektif tanpa harus membeda bedakan antara laki-laki dan perempuan. Mewujudkan keluarga yang menghargai perspektif gender dan menjunjung demokrasi yang terjaga di dalam keluarga, modern family tanpa harus terhibridasi.
Yudhi R Harahap